![]() |
Ketua DPRD Sumut Erni Ariyanti Sitorus saat diwawancarai wartawan soal polemik empat pulau antara Aceh dan Sumut, beberapa waktu lalu. Istimewa/Hastara.id |
MEDAN, HASTARA.ID — Tokoh muda Partai Golkar Sumatera Utara, Andi Agung, menyayangkan pernyataan Ketua DPRD Sumut, Erni Ariyanti Sitorus, yang dinilainya bersikeras mengklaim empat pulau yang secara administratif telah ditetapkan sebagai wilayah Provinsi Aceh.
Pernyataan tersebut, menurut Andi, berpotensi memicu ketegangan dan merusak hubungan baik antara masyarakat Sumatera Utara dan Aceh.
"Sebagai kader muda Golkar yang berasal dari Aceh dan besar di Sumatera Utara, saya merasa terpanggil untuk menyuarakan sikap atas pernyataan Ketua DPRD Sumut yang saya anggap sangat keliru dan berpotensi memecah belah," ujar Andi Agung kepada wartawan di Medan, Rabu (18/6/2025).
Ia mengimbau agar seluruh elemen masyarakat, khususnya pejabat publik, lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan yang bisa memperkeruh suasana.
"Banyak warga Sumut, khususnya generasi muda, tidak sejalan dengan pernyataan tersebut. Kami ingin melihat Sumut dan Aceh duduk bersama, berdialog dalam semangat kebangsaan, demi keutuhan NKRI," tegasnya.
Andi juga mengapresiasi langkah cepat yang diambil Presiden RI Prabowo Subianto bersama Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, yang langsung menggelar konferensi pers bersama di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (17/6/2025), untuk menuntaskan polemik ini.
Dalam konferensi pers tersebut, Prasetyo menyampaikan bahwa keputusan presiden didasarkan pada laporan Mendagri serta dokumen pendukung dari Kemendagri. Keempat pulau — Pulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Gadang, dan Pulau Mangkir Ketek — secara administratif dinyatakan sah sebagai bagian dari wilayah Provinsi Aceh.
"Keputusan presiden ini merupakan langkah bijak yang harus dihormati semua pihak," tambah Andi.
Ia pun mendesak Erni Ariyanti untuk memberikan klarifikasi atau permintaan maaf atas pernyataannya yang dinilai tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin.
"Kita butuh pemimpin yang merangkul, bukan memukul. Yang menenangkan, bukan memprovokasi. Sumut dan Aceh mungkin berbeda warna, tapi tetap saudara," pungkas Andi Agung. (rel/has)