![]() |
| Gubernur Bobby Nasution turut hadir dalam konferensi pers dengan jajaran direksi Bank Sumut di Kantor Gubsu, Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30, Medan, Kamis (30/10/2025). Hasby/Hastara.id |
MEDAN, HASTARA.ID — PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) terus menunjukkan kinerja keuangan yang solid sepanjang tahun buku 2024–2025. Selain mencatatkan pertumbuhan aset dan laba bersih, bank milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ini juga memberikan kontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Direktur Bisnis dan Syariah Bank Sumut, Syafrizalsyah, mengatakan kontribusi Bank Sumut terhadap PAD pada tahun buku 2024 mencapai Rp275 miliar, dan meningkat menjadi Rp289 miliar pada 2025.
“Untuk tahun berjalan, kami menargetkan kontribusi sekitar Rp292 miliar, dan Insya Allah dapat terealisasi pada tahun 2026,” ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Gubernur Sumut, Kamis (30/10).
Syafrizalsyah menegaskan, capaian tersebut membuktikan peran strategis Bank Sumut sebagai tulang punggung keuangan daerah.
“Alhamdulillah, Bank Sumut merupakan BUMD terbesar di Sumatera Utara, baik dari sisi aset, laba, maupun kontribusi PAD. Kami akan terus memperkuat kinerja agar manfaatnya semakin luas bagi pembangunan daerah,” katanya.
Direktur Keuangan dan Teknologi Informasi, Arieta Aryanti, menambahkan bahwa hingga September 2025, Bank Sumut mencatat laba bersih sebesar Rp539 miliar, tumbuh 3,63 persen (year-on-year).
“Kinerja positif ini didorong oleh peningkatan efisiensi, pengelolaan risiko yang baik, serta pertumbuhan penyaluran kredit produktif,” ujar dia.
Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), Bank Sumut berhasil menghimpun Rp38,78 triliun, tumbuh 9,84 persen (yoy). Sementara total kredit yang disalurkan mencapai Rp32,356 triliun, naik 7,05 persen (yoy).
“Pertumbuhan ini mencerminkan kepercayaan masyarakat dan pemerintah terhadap Bank Sumut yang terus meningkat,” kata Arieta.
Meski aktivitas penyaluran kredit meningkat, Bank Sumut tetap mampu menjaga kualitas aset dengan rasio Non Performing Loan (NPL) di level 2,6 persen, masih jauh di bawah ambang batas sehat industri perbankan yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 3 persen.
“Kami disiplin dalam manajemen risiko agar pertumbuhan tetap berkualitas,” tegas Arieta.
Arieta juga mengungkapkan bahwa Bank Sumut tengah fokus memperkuat struktur permodalan, baik melalui dukungan tambahan modal dari Pemprov Sumut maupun rencana penerbitan obligasi.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka menengah menuju Initial Public Offering (IPO) atau pelantaran saham di bursa.
“Rencana IPO tetap menjadi komitmen kami bersama Pemprov. Namun kami akan masuk ke pasar di waktu yang tepat agar valuasi saham optimal,” ujarnya.
Ia menjelaskan, proses IPO sebenarnya telah direncanakan sejak akhir 2022, namun tertunda karena kondisi pasar belum mendukung serta belum terpenuhinya syarat free float minimal 10 persen sesuai ketentuan OJK.
“Belum tercapainya komposisi tersebut membuat kami belum bisa melanjutkan ke tahap listing,” katanya.
Menurut Arieta, ekspansi bisnis Bank Sumut kini telah menjangkau beberapa kota besar seperti Jakarta, Batam, dan Pekanbaru.
“Ke depan, kami ingin Bank Sumut tidak hanya menjadi bank daerah, tapi juga berdaya saing nasional, sejajar dengan BPD besar lainnya di Indonesia,” pungkasnya. (has)
