![]() |
Rektor Univa Labuhanbatu, Dr Basyarul Ulya, diduga check in dengan tiga orang mahasiswinya di Medan pada Sabtu (31/5/2025). Istimewa |
MEDAN, HASTARA.ID — Dunia pendidikan Sumatera Utara dihebohkan dengan dugaan skandal yang melibatkan Rektor Universitas Al Washliyah (UNIVA) Labuhanbatu, Basyarul Ulya Nasution. Ia diduga kuat check-in di sebuah hotel di Medan bersama tiga orang mahasiswinya, Sabtu (31/5).
Sejumlah pihak mulai angkat suara memberikan tanggapan atas dugaan skandal Rektor Basyarul Ulya Nasution tersebut.
Direktur MATA Pelayanan Publik, Abyadi Siregar, menegaskan bahwa lembaga pendidikan bukan hanya pusat ilmu tetapi juga pusat moralitas, adab, dan etika.
“Melalui para guru, kita belajar tentang moralitas, adab, dan etika. Karena itu, semua orang berlomba-lomba masuk ke lembaga pendidikan. Orang-orang yang mengelola lembaga pendidikan seharusnya menjadi teladan, bukan malah mencoreng nama baiknya,” ujarnya kepada Hastara.id, Sabtu (7/6).
Abyadi menilai, penting bagi pengambil kebijakan untuk menempatkan orang-orang yang memiliki kapasitas keilmuan dan moralitas tinggi dalam mengelola lembaga pendidikan.
“Jangan justru menempatkan orang yang cacat moral dan etika. Ini sangat berbahaya, apalagi kalau lembaga pendidikannya berlabel agama,” tegasnya.
Abyadi juga menyayangkan jika benar dugaan tersebut terjadi di kampus yang berada di bawah naungan organisasi masyarakat Islam besar seperti Al Washliyah.
“Al Washliyah sebagai pemilik perguruan tinggi UNIVA Labuhanbatu harus menanggapi isu ini secara serius. Kasihan nama baik UNIVA yang selama ini dipercaya masyarakat luas,” ujarnya.
Menurutnya, jika kabar ini dibiarkan, akan timbul kekhawatiran orang tua yang telah mempercayakan pendidikan anak-anaknya di kampus tersebut.
“Jika terbukti benar, ini harus segera dievaluasi. Jangan sampai mahasiswa, terutama mahasiswi, menjadi korban,” pungkas Abyadi.
![]() |
Penampakan mobil milik Rektor Univa Labuhanbatu terparkir di hotel (kanan), dan sedang keluar dari hotel tempatnya check in. Tim Hastara.id |
Aktivis Sumatera Utara, Armando Sitompul, menilai dugaan skandal tersebut telah mencoreng marwah dan moralitas dunia pendidikan di Sumut, terkhusus di Kabupaten Labuhanbatu.
“Lembaga pendidikan itu seharusnya menjadi benteng etika dan nilai-nilai luhur, bukan tempat bagi insiden seperti ini,” ucapnya.
Ia meminta agar pihak berwenang melakukan penyelidikan menyeluruh dan transparan untuk mengungkap kebenaran skandal tersebut.
“Kita yakin Al Washliyah sebagai organisasi Islamiyah yang besar dan berakhlakul karimah akan serius menanggapi persoalan ini. Jika terbukti, insiden ini harus menjadi momentum refleksi bagi dunia pendidikan kita agar terus berbenah,” pungkas Armando.
Bungkam
Sayangnya upaya konfirmasi Hastara.id untuk meminta tanggapan ke pengurus wilayah Al Washliyah Sumut hingga berita ini diterbitkan, belum membuahkan hasil.
Ketua PW Al Washliyah Sumut, Dedi Iskandar Batubara, yang dilayangkan pesan konfirmasi oleh Hastara.id sejak Selasa (3/6), belum juga mau menanggapi. Padahal pesan WhatsApp yang dikirimkan terlihat sudah centang dua alias dibaca.
Setali tiga uang, Sekretaris PW Al Washliyah Sumut, Alimnur Nasution, juga memilih bersikap diam seribu bahasa, padahal pesan konfirmasi ke nomor WhatsApp-nya terlihat sudah centang dua. (has)