MEDAN, HASTARA.ID — Proyek revitalisasi Stadion Teladan Medan senilai Rp545 miliar kini tak ubahnya bangunan kosong. Pagar besi menjulang, tapi di baliknya tak lagi terdengar denting palu atau dengung mesin. Aktivitas konstruksi terhenti, meninggalkan jejak luka bagi puluhan pekerja dan pelaku usaha kecil yang terlibat.
Puluhan pekerja bangunan terpaksa pulang kampung tanpa menerima gaji penuh. Sementara para penyedia jasa katering menjerit karena utang yang belum dibayar. Proyek ambisius ini berubah menjadi sumber penderitaan bagi rakyat kecil.
Salah seorang pekerja, Marto (42), meninggalkan Medan dengan hati hancur. Pria asal Jawa Tengah itu sudah dua bulan tak menerima upah. Ia memilih pulang kampung setelah gajinya sejak Juli tak kunjung dibayar oleh kontraktor proyek, PT Wijaya Karya (WIKA) Gedung.
“Janji mereka mau bayar gaji sampai Juli, tapi nyatanya cuma Juni yang cair. Sekarang udah sekitar 58 orang pekerja yang pulang kampung tanpa gaji,” kata Marto saat ditemui sebelum naik bus malam menuju kampung halamannya, Kamis (30/7).
Marto datang ke Medan dengan harapan memperbaiki nasib keluarga. Namun, impian itu berubah menjadi duka.
“Kami kerja, tapi nggak bisa makan. Istri dan anak saya di rumah juga ikut kelaparan. Pulang nggak bawa apa-apa,” katanya lirih.
Tercekik Utang
Nasib serupa menimpa Risna, salah satu dari empat pengusaha katering yang melayani kebutuhan makan para pekerja proyek. Ia mengaku belum menerima pembayaran sebesar Rp200 juta.
“Sampai sekarang belum dibayar sepeser pun. Kami udah bolak-balik ditanya bank, bahkan ada yang sampai jual motor untuk nutup utang,” ujarnya.
Menurut Risna saat proyek mulai bermasalah, bahkan akses air di mess pekerja ditutup. Ia menyayangkan perlakuan kontraktor yang dianggap tak bertanggungjawab terhadap para pekerja dan mitra lokal.
“Mereka hidup mewah, tapi kami yang kerja keras malah dibiarkan tercekik utang. Pekerjanya datang dari jauh, tapi nggak digaji. Itu kejam,” ujarnya dengan nada geram.
![]() |
| Penampakan para pekerja saat berunjukrasa menuntut hak mereka kepada pihak kontraktor, baru-baru ini. Istimewa |
Revitalisasi Stadion Teladan awalnya ditargetkan rampung pada Desember 2024. Namun tenggat itu bergeser ke April 2025. Kini, memasuki Juli 2025, bangunan stadion masih jauh dari kata selesai.
Proyek ini mengandalkan dana gabungan dari APBN sebesar Rp275 miliar dan APBD Kota Medan Rp270 miliar. Namun, empat kali aksi unjukrasa mewarnai perjalanan proyek. Bahkan, pagar stadion sempat dirusak massa dalam aksi yang viral di media sosial.
Meski suara para pekerja menggema, tuntutan utama tetap belum dipenuhi: pembayaran gaji yang tertunda.
Kondisi proyek saat ini memunculkan banyak pertanyaan: ke mana aliran dana ratusan miliar rupiah itu? Siapa yang bertanggungjawab atas nasib pekerja dan mitra lokal?
Di balik angka-angka besar itu, ada tangis yang tertahan, perut yang kosong, dan anak-anak yang menunggu kiriman uang dari ayah mereka yang bekerja jauh dari rumah.
“Kami cuma mau dibayar, Bang. Nggak lebih. Kami kerja halal, biar bisa kasih makan anak dan istri,” ucap Marto, sebelum meninggalkan Medan, kota yang menyimpan luka dalam di benaknya. (has)

