![]() |
Tim Polyshell Dent diabadikan bersama dosen bimbingan mereka, drg. Kholidina Imanda Harahap, M.DSc. Istimewa/Hastara.id |
MEDAN, HASTARA.ID — Inovasi unik lahir dari tangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU). Melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan, Tim Polyshell Dent sukses menghadirkan model gigi berbahan dasar limbah plastik polypropylene dan cangkang kerang darah. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi murah, ramah lingkungan, sekaligus mendukung pembelajaran mahasiswa kedokteran gigi.
Tim Polyshell Dent beranggotakan lintas disiplin ilmu: M. Dwi Haikal (Ketua, Kedokteran Gigi), Aurora Graciella Br. Lumbantobing (Kedokteran Gigi), Ferdy Salim Lubis (Teknik Mesin), Nathan Pratama Sihombing (Akuntansi), dan Viola Delviana Boru Pakpahan (Matematika), dengan bimbingan drg. Kholidina Imanda Harahap, MDSc.
Menjawab Keluhan Mahasiswa
Ide ini berawal dari survei terhadap 83 mahasiswa FKG USU mengenai model gigi pabrikan yang selama ini digunakan. Hasilnya, banyak keluhan muncul: 31 persen responden menilai kekuatan model gigi terlalu rendah dan mudah rusak, 15 persen menyoroti harganya yang mahal, sementara 16 persen menilai anatominya kurang menyerupai gigi asli.
“Kalau dipakai sebentar saja, giginya sudah bisa perforasi. Padahal untuk latihan, kami butuh model yang lebih kuat dan tahan lama,” kata Amanda Kristin, salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU, Minggu (7/9/2025).
Berangkat dari temuan itu, tim Polyshell Dent berupaya menghadirkan alternatif yang lebih sesuai kebutuhan mahasiswa.
Limbah Jadi Produk Edukasi
Plastik polypropylene (PP) dipilih karena mudah didaur ulang dan kerap ditemukan sebagai sampah kemasan makanan sehari-hari. Sementara cangkang kerang darah dipilih lantaran jumlahnya melimpah di Kota Medan, yang terkenal dengan kuliner berbahan kerang.
“Kami menggabungkan PP dengan bubuk cangkang kerang sebagai filler. Tujuannya untuk memperkuat sifat mekanis plastik sehingga hasil akhirnya lebih kokoh, tapi tetap bisa terurai lebih cepat di lingkungan,” jelas M. Dwi Haikal, ketua tim.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah sampah di Indonesia pada 2024 mencapai 34,2 juta ton, dengan hampir 20 persen berupa plastik. Inovasi Polyshell Dent diharapkan dapat menjadi contoh pemanfaatan sampah menjadi produk bernilai tinggi.
Murah, Kuat, dan Ramah Lingkungan
Model gigi Polyshell Dent memiliki tiga keunggulan utama. Pertama, lebih kuat dibanding model pabrikan, sehingga meningkatkan sensasi taktil mahasiswa ketika berlatih preparasi gigi. Kedua, harganya terjangkau: hanya Rp27.000 per regio model gigi. Ketiga, produk ini ramah lingkungan karena dapat terdegradasi dalam waktu sekitar 25 hari berkat campuran cangkang kerang yang bersifat organik.
Tidak hanya itu, Polyshell Dent juga tercatat sebagai pionir produksi model gigi buatan dalam negeri. Selama ini, sebagian besar model gigi yang digunakan mahasiswa Indonesia masih diimpor dari Jepang.
![]() |
Model gigi berbahan dasar limbah plastik polypropylene dan cangkang kerang darah hasil inovasi Tim Polyshell Dent. Istimewa/Hastara.id |
Dosen pembimbing, drg. Kholidina Imanda Harahap, MDSc, mengapresiasi karya anak didiknya. Menurutnya, inovasi ini tidak sekadar mendukung kegiatan akademik, tetapi juga sejalan dengan agenda pembangunan berkelanjutan global.
“Mereka mendukung SDGs nomor 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. Limbah yang awalnya tak berguna, bisa diolah menjadi produk bernilai,” ujarnya.
Ia menambahkan, apabila dikembangkan lebih lanjut, produk ini berpotensi diproduksi massal dan digunakan secara luas, bukan hanya di FKG USU tetapi juga di Fakultas Kedokteran Gigi lainnya di Indonesia.
Bukti Kreativitas Mahasiswa
Melalui Polyshell Dent, mahasiswa USU menunjukkan bahwa kreativitas dan kepedulian lingkungan dapat berjalan beriringan dengan kebutuhan pendidikan. Dari limbah plastik dan cangkang kerang, lahirlah model gigi yang bukan hanya mendukung pembelajaran, tetapi juga membawa pesan penting tentang keberlanjutan.
“Harapan kami, inovasi ini bisa menjadi langkah awal untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor sekaligus mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya pengolahan limbah,” pungkas Haikal. (rel)
***Artikel ini merupakan publikasi kegiatan PKM-K USU 2025 yang didampingi oleh drg. Kholidina Imanda Harahap, M.DSc. Ikuti kegiatan Polyshell Dent melalui akun Instagram: @polyshelldent.pkmkusu