![]() |
| Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Sumut, Desni Maharani Saragih (tengah) menyampaikan keterangan pers di Kantor Gubsu Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30, Medan, Jumat (19/9/2025). Hasby/Hastara.id |
MEDAN, HASTARA.ID — Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara menyatakan dukungan penuh terhadap pelaksanaan Program Unggulan Bersekolah Gratis (PUBG) yang mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2026–2027 di Kepulauan Nias.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Sumut, Desni Maharani Saragih, menilai program tersebut merupakan langkah penting dalam menjamin hak anak-anak di Sumut, khususnya di daerah kepulauan, untuk memperoleh akses pendidikan yang setara tanpa terbebani biaya.
“Program PUBG adalah upaya konkret untuk memastikan akses pendidikan yang lebih luas bagi anak-anak Sumatera Utara. Kami mendukung penuh pelaksanaannya,” ujar Desni dalam temu pers di Kantor Gubernur Sumut, Jumat (19/9/2025).
Meski demikian, Desni menekankan bahwa keberhasilan pendidikan tidak semata-mata diukur dari pembebasan biaya sekolah. Menurutnya, dukungan literasi melalui ketersediaan bahan bacaan yang variatif dan berkualitas juga berperan besar dalam menunjang proses belajar-mengajar.
“Kami hadir untuk memperkuat literasi siswa melalui bahan bacaan relevan, baik dalam bentuk cetak maupun digital,” kata mantan Kepala Biro Organisasi Setdaprovsu tersebut.
Demi mendukung PUBG, pihaknya telah menyiapkan sejumlah layanan yang menyasar wilayah terpencil, di antaranya:
•Perpustakaan keliling yang dapat menjangkau sekolah-sekolah di pelosok.
•Enam belas pojok baca yang tersebar di kabupaten/kota untuk mendorong aktivitas membaca di luar sekolah.
•E-book dan koleksi digital yang sudah tersedia di 11 kabupaten/kota, dan akan diperluas seiring program internet gratis dari Dinas Kominfo Sumut.
“Kami siap berkolaborasi dengan sekolah penerima PUBG. Perpustakaan keliling kami bisa menjangkau hingga pelosok,” tegas Desni.
Selain penyediaan bahan bacaan, Dinas Perpustakaan dan Arsip juga menggelar sejumlah pelatihan yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa. Program tersebut mencakup:
•Siswa SD: storytelling interaktif.
•Siswa SMP: pelatihan pembuatan animasi kartun.
•Siswa SMA: pelatihan penulisan resensi buku.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin menanamkan budaya literasi sejak dini serta mendorong kreativitas siswa dari berbagai tingkatan pendidikan,” pungkas Desni Maharani. (has)
