MEDAN, HASTARA.ID — Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan tampaknya lebih fokus pada pembangunan fisik dan pengadaan perlengkapan rumah sakit, di tengah kekurangan tenaga dokter spesialis dan subspesialis yang kian mengkhawatirkan.
Hal tersebut setidaknya tergambar dari total anggaran Rp158 miliar yang dialokasikan melalui Rancangan APBD 2026, tidak satu pun diarahkan untuk menambah tenaga dokter spesialis yang menjadi kebutuhan mendesak rumah sakit milik Pemerintah Kota Medan itu.
Berdasarkan RAPBD 2026 menunjukkan, mayoritas belanja RSUD Pirngadi difokuskan pada kebutuhan fisik seperti rehabilitasi gedung, pembelian alat-alat medis, hingga perlengkapan kantor. Padahal, pelayanan kesehatan di rumah sakit tertua di Medan itu sering kali terkendala minimnya dokter spesialis di sejumlah bidang penting.
Anggota Komisi II DPRD Medan, Afif Abdillah, mengakui bahwa alokasi anggaran RSUD Pirngadi lebih banyak diarahkan ke infrastruktur dan sarana fisik, bukan peningkatan kualitas sumber daya manusia medis.
"Rencananya memang ada beberapa pembangunan, seperti radioterapi dan bunker nuklir bawah tanah. Tapi kami arahkan agar bisa menggandeng pihak swasta karena RSUD Pirngadi sudah berstatus BLUD, jadi bisa bekerja sama dengan pihak ketiga,” ujarnya menjawab wartawan, Senin (6/10/2025).
Menurut Afif, anggaran fisik lainnya digunakan untuk memperbaiki sistem pendingin ruangan (AC) dan mekanikal elektrikal gedung. Namun, belum ada alokasi yang jelas untuk rekrutmen dokter spesialis baru.
“Seharusnya, RSUD Pirngadi bisa lebih agresif merekrut dokter-dokter spesialis yang dibutuhkan. Misalnya dokter hematologi, itu sangat minim di sana. Tapi rekrutmen harus kompetitif, jangan asal ambil,” tegasnya.
Politisi NasDem itu juga menyoroti absennya standardisasi dan regulasi internal dalam proses perekrutan dokter di RSUD Pirngadi. Ia menilai pihak rumah sakit belum memiliki kriteria jelas untuk menentukan kebutuhan dan kualifikasi dokter spesialis yang akan direkrut.
"Kalau kriterianya saja tidak jelas, bagaimana mau rekrut dokter yang berkualitas? Harusnya ada pedoman tertulis, supaya tidak sembarangan. Karena ini menyangkut mutu layanan kesehatan publik,” sebutnya.
Afif menegaskan, persoalan utama bukan hanya pada niat rekrutmen, tetapi juga pada perencanaan bisnis dan proyeksi kebutuhan rumah sakit. Tanpa rencana yang matang, DPRD sulit menambah dukungan anggaran.
"Kalau mereka mau rekrut dokter A, harus ada proyeksi berapa kasus yang bisa ditangani, bagaimana dampaknya terhadap pelayanan dan pendapatan rumah sakit. Tanpa itu, kita tidak bisa asal tambah dana,” ujarnya.
Hingga kini, sejumlah dokter subspesialis vital belum tersedia di RSUD Pirngadi, antara lain:
•Subspesialis Endokrin (penyakit diabetes)
•Subspesialis Gastroenterologi (pencernaan)
•Subspesialis KGEH (Konsultan Ginjal dan Hipertensi)
•Spesialis Jantung Intervensi
Ketiadaan tenaga ahli di bidang-bidang krusial ini jelas berdampak pada kualitas layanan kepada masyarakat. Apalagi, RSUD Pirngadi yang sudah hampir satu abad berdiri seharusnya menjadi rumah sakit rujukan utama di Kota Medan, bukan sekadar proyek pembangunan gedung tanpa peningkatan mutu pelayanan. (has)
