JAKARTA, HASTARA.ID — Memasuki paruh kedua 2025, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) terus memantapkan transformasinya sebagai penggerak utama digitalisasi nasional. Dengan mengoptimalkan infrastruktur digital yang luas serta strategi jangka panjang, Telkom berhasil menjaga kinerja sekaligus memperlihatkan capaian positif di tengah tantangan industri.
“Telkom memantapkan langkah transformasi jangka panjang melalui empat pilar strategis. Di antaranya unlocking value dari portofolio infrastruktur digital, konsolidasi bisnis, transisi menuju strategic holding, serta penguatan tata kelola dan efisiensi modal,” Wakil Direktur Utama Telkom, Muhammad Awaluddin, dalam Public Expose 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Jumat (12/9).
Hadir Direktur Strategic Business Development & Portfolio Telkom, Seno Soemadji; Direktur Wholesale & International Service Telkom, Honesti Basyir; serta Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkomsel, Daru Mulyawan.
Seno Soemadji menjelaskan penguatan bisnis aset fiber melalui Infranexia (InfraCo). Saat ini utilisasi jaringan fiber baru sekitar 40%, sehingga masih ada ruang ekspansi besar untuk mendukung fiberisasi Indonesia. Di sisi lain, Telkomsel melalui inisiatif Fixed Mobile Convergence (FMC) fokus mengoptimalkan layanan broadband. Strategi bundling dan cross-selling digencarkan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, baik di layanan mobile maupun fixed broadband.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkomsel, Daru Mulyawan, menyebut penetrasi pelanggan fixed broadband (FBB) masih sekitar 16–17%.
“Kami menargetkan penambahan 800 ribu hingga 1 juta pelanggan baru tahun ini. Hingga Juni 2025, sudah ada tambahan 449 ribu pelanggan, sehingga totalnya mencapai 10 juta,” ujarnya.
Kinerja Semester I
Meski pendapatan turun 3% menjadi Rp73 triliun akibat pelemahan ekonomi global, Telkom tetap mampu menjaga profitabilitas. EBITDA tercatat Rp36,1 triliun dengan margin 49,5%, sementara laba bersih Rp11 triliun dengan margin 15%.
Belanja modal semester I mencapai 13% dari pendapatan, lebih rendah dari tahun lalu (15,5%). Penurunan tersebut disebut bukan pengurangan investasi, melainkan hasil efisiensi dan spesifikasi yang lebih tepat guna.
“Dengan kinerja yang terjaga, transformasi Telkom berada di jalur yang tepat untuk menciptakan pertumbuhan berkelanjutan sekaligus memberikan nilai terbaik bagi masyarakat dan pemegang saham,” tutup Honesti Basyir. (rel)