![]() |
| Gubernur Sumut Bobby Nasution menjawab wartawan usai menghadiri rapat paripurna di DPRD Sumut pada Senin, 29 September 2025. Istimewa/Hastara.id |
MEDAN, HASTARA.ID — Upaya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menekan laju inflasi kembali menuai kritik. Meski sempat turun tipis dari 5,32% pada September menjadi 4,97% (yoy) di Oktober 2025, inflasi Sumut tetap tercatat tertinggi di Indonesia.
Kondisi ini dinilai menjadi bukti lemah dan gagalnya kepemimpinan Gubernur Bobby Nasution dalam mengendalikan harga kebutuhan pokok di daerah.
“Secara objektif, iya. Gubernur Bobby Nasution dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) gagal,” ujar pengamat anggaran dan kebijakan publik, Elfenda Ananda kepada wartawan di Medan, Rabu (5/11/2025).
Menurut Elfenda, kebijakan Pemprov Sumut yang membeli lebih dari 50 ton cabai merah dari Jember, Jawa Timur, melalui Perusahaan Daerah Aneka Industri Jasa (AIJ), menunjukkan langkah yang tergesa-gesa dan tidak berdampak signifikan.
“Sebagian besar cabai yang dikirim justru rusak dan tidak layak konsumsi. Akibatnya, pasokan di pasar tidak bertambah secara nyata, sementara harga tetap tinggi,” ungkapnya.
Ia menilai, kegagalan pengendalian inflasi disebabkan oleh ketidaksiapan sistem distribusi, minimnya komunikasi dengan pedagang lokal, dan arah kebijakan yang lebih bersifat simbolis daripada strategis.
“Distribusi cabai dari Jember datang terlambat, setelah harga sudah terlanjur naik. Jalur distribusi lokal pun tidak siap menerima atau menyalurkan dengan merata,” tegas analis Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Sumut tersebut.
Pemprov Sumut juga memangkas belanja fungsi ekonomi dari 13,65% menjadi 8,85% dalam P-APBD 2025, yang semakin memperlemah daya dukung anggaran terhadap kestabilan harga.
“Intervensi yang dilakukan terlalu sempit — hanya pada satu komoditas dan dengan volume kecil dibanding kebutuhan konsumsi cabai Sumut yang bisa mencapai ratusan ton per minggu,” katanya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut mencatat, inflasi Oktober 2025 sebesar 4,97% (yoy) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 110,89. Meski turun tipis 0,35% dari bulan sebelumnya, inflasi di Sumut masih menjadi yang tertinggi di Tanah Air.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama, terutama dari kenaikan harga cabai merah, emas perhiasan, ikan dencis, beras, bawang merah, dan ayam ras. Adapun deflasi bulanan (month to month) sebesar 0,20% dipicu penurunan harga bawang merah, cabai rawit, cabai hijau, dan beberapa sayuran segar. Dari seluruh daerah di Sumut, Kabupaten Deli Serdang mencatat inflasi tertinggi sebesar 6,24%, sementara Kota Medan terendah dengan 4,28%.
Klaim Intervensi Berhasil
Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Sumut, Poppy Marulita Hutagalung, menyebut kebijakan intervensi pasar justru menunjukkan hasil positif.
“Inflasi kita berhasil ditekan dari 5,32% menjadi 4,97%. Ini bukti program intervensi harga berjalan,” ujarnya dalam temu pers di Kantor Gubernur Sumut, Rabu (5/11/2025).
Poppy menjelaskan, intervensi tersebut merupakan bagian dari Program Jaminan Kestabilan Harga Komoditi Pertanian (Jaskop), salah satu Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Gubernur Bobby Nasution.
Ia menegaskan Pemprov Sumut tetap konsisten menjaga stabilitas inflasi hingga akhir tahun melalui strategi 4K — Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, dan Komunikasi Efektif.
“Untuk kelancaran distribusi, kami melakukan kerja sama antar daerah. Sedangkan keterjangkauan harga dijaga lewat operasi pasar murah, sidak ke distributor, dan optimalisasi beras SPHP,” ujar Poppy.
Kendati pemerintah mengklaim keberhasilan, kalangan pengamat menilai langkah Pemprov Sumut masih reaktif dan tidak berorientasi jangka panjang.
“Inflasi Sumut menurun bukan karena efektivitas kebijakan, melainkan faktor musiman dan penurunan daya beli masyarakat,” pungkas Elfenda.
Situasi ini menunjukkan bahwa Sumut masih menghadapi ketimpangan antara kebijakan makro dan realitas harga di pasar. Publik kini menanti langkah konkret Bobby Nasution untuk mengembalikan kepercayaan dan stabilitas ekonomi daerah menjelang akhir tahun. (has)
